Tuesday, January 24, 2012

Kalau Odol Lagi Jatuh Cinta..

Picture: weheartit


GARA-GARA odol hidupku malam ini berujung lari marathon sekian blok bersama seorang lelaki tak dikenal.

Odol di rumah sudah habis tadi pagi, dan aku paling tidak bisa tidur sebelum menyikat gigi. Alhasil aku nekat berjalan kaki ke minimarket 24 jam tak jauh dari rumah pada pukul sepuluh malam. Hanya 20 meter menuju pulang ke rumah tiba-tiba saja seorang lelaki menyusul langkahku dengan sangat tergesa-gesa. Ia terhenti sejenak, melihat lima orang yang mengejarnya di belakangku lalu kembali, menarik tanganku, dan!!!

Inilah kami. Tak terlalu jauh juga dari rumahku, namun sungguh, baru sekali ini aku mengetahui bahwa ada tempat seindah ini. Melihat pemandangan kota pada malam hari yang dingin. Inilah tempat persembunyian kami. What an awkward moment. Duduk bersebelahan dengan lelaki yang tidak aku kenal sama sekali. Tapi entah kenapa aku merasa dia lelaki baik. Sorot matanya jujur saat mengatakan alasan ia dikejar-kejar lima orang tadi juga alasan ia menarikku bersamanya.

“Mereka orang jahat. Gue khawatir aja ngeliat lo jalan sendirian malam-malam. Yang ada bukannya lanjut ngejar gue, mereka malah macam-macam sama lo,” ujarnya menatap mataku damai.

Subhanallah sekali memang lelaki yang nampaknya hanya dua tahun lebih tua dariku ini. Putih, tinggi, tampan, baik pula. Aku sangat menyukai caranya menatap mataku. Ibarat odol rasa menthol, menyejukkan! Bikin pengen nyengir kuda sepanjang hari.

Setengah jam duduk termenung di tempat yang indah dengannya ternyata terasa cepat. Demi alasan keamanan dia mengantarku pulang sampai muka rumah. Selesai sudah pertemuanku dengan si… Ah, aku lupa bertanya namanya. Tatapan mata ala odol rasa mentholnya masih teringat jelas. Batal sudah rencanaku tidur. Aku hanya menyalakan televisi namun tebak saja otakku ada di mana.

Tok.. tok.. tok..

Jam setengah dua belas malam. Ini bukan adegan film horor kan? Aku memberanikan diri mengintip di sela-sela jendela. Lelaki tadi. Ada urusan apa dia kembali ke sini? Aku enggan membukakan pintu untuknya meski dugaan awalku ia adalah lelaki baik-baik, sampai aku melihat sebuah benda di tangan kanannya. Odolku!

“Seingat gue lo enggak bawa ini pas pulang. Makanya gue balik ke tempat tadi dan nyari ini. Benar kan, ketinggalan,” katanya lalu menyodorkan kotak odol tanpa kantong plastikku demi alasan pemanasan global.

“Terima kasih,” ucapku yang hanya dibalas dengan senyum sesegar daun mint dalam odolku dan pergi.

Aku menatap odol di tanganku yang menjadi penyebab tragedi malam ini. Odol. Kalau odol lagi jatuh cinta pasti satu-satunya hal yang bisa ia lakukan hanya melindungi gigi-gigi yang dicintainya dari godaan kuman-kuman jahat dan lubang tak kasat mata. Sama kayak… si mas odol yang melindungiku itu. Dia sudah melindungiku dari preman-preman jahat tadi, tapi apa ia juga akan mencegah lubang di hatiku semakin menganga lebar? Yang pasti, kalau si odol tadi lagi merasakan jatuh cinta pada pandangan pertama denganku, minimal sebentar lagi juga ia akan kembali ke sini dan menanyakan namaku supaya hatiku tidak berlubang.

“Hey, Nona, ngomong-ngomong nama lo siapa?”

[THE END]

Bandung, 24 Januari 2012..
#15HariNgeblogFF #Day13

leave ur comments.. ;)

8 comments:

  1. lucu. hahahahahaha...

    ReplyDelete
  2. aduh,, jadi siapa nama 'mas odol' nya?
    hahahahhaahah..
    maling kali tuh orang...
    maling hatimu.. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. nama y jg flash fiction. setiap tokoh gak harus jelas nama y.
      hahahahaha.. sebut saja odol pokok y *nama disamarkan*
      gkgkgkgkgk..

      Delete