Saturday, January 14, 2012

"Halo, Siapa Namamu?"

WAKTU makan siang selalu kusambut dengan antusias. Sedikit melepas penat dari kesibukanku sebagai akuntan di perusahaan ternama di kota besar ini. Lebih antusias lagi ketika lima minggu yang lalu aku mencoba makan di resto yang tak pernah kudatangi sebelumnya. Di sini, resto yang selalu dipenuhi oleh pegawai kantor di sekitar sini, namun mataku hanya jeli menangkap bayangnya. Ini minggu ke lima aku memerhatikannya dari kejauhan di sela-sela waktu istirahat kerjaku. Setahuku ia tidak bekerja di kantor yang sama denganku.

11.45..

Kuperhatikan lagi cara jalannya memasuki resto siang ini. Begitu anggun seperti biasanya. Sosok gadis penyendiri yang mandiri. Hanya dengan gerak jarinya saja, bak tongkat sihir, ia berhasil menyihir sang pelayan untuk mengambilkan menu favoritnya setiap hari. Selalu sama, sepiring nasi goreng dan iced lemon tea, seolah tak pernah bosan. Tak pernah kulihat ia memesan menu lain.

Ia duduk di meja yang tak jauh dari tempatku dan teman-temanku. Persis di arah jam dua belas.

“Sampai kapan kamu mau menjadi pemuja rahasianya, Zi? Pergi, tanya namanya!”

Bosan aku mendengar tantangan dari teman-temanku. Sejak dua minggu yang lalu mereka telah menyadari kekagumanku padanya.

Sesuai niatku, hari ini aku akan pergi menghampirinya. Aku seorang lelaki yang harus berani menanggung resiko apa pun dalam mendapatkan hati seorang wanita.

Gadis berwajah oriental dengan tinggi sekitar 165 cm itu menunggu menu pesanannya diantar sambil membaca sebuah buku. Setelah menunya datang pun ia menghabiskannya sambil tetap membaca buku. Apa itu sebabnya ia selalu terlihat sendiri? Ia nampak begitu tertarik untuk membaca, sendirian saja.

Aku bangkit saat kulihat ia telah menyelesaikan makan siangnya. Waktu istirahat kantor hampir usai. Kuayunkan langkahku ke arahnya. Setiap langkah, jantungku berdebar semakin kencang.

“Halo, siapa namamu?” ucapku saat sepasang mata hitam yang cantik dengan riasan sederhana menatap ke arahku yang telah berdiri di hadapannya.

Ia diam, tak menjawab, malah kulihat kepanikan di wajahnya. Ia bangkit lalu meninggalkanku yang diam membeku. Sudah kuduga, teman-temanku begitu puas menertawakanku. Baru saja aku mempunyai nyali untuk kembali ke tempat dudukku, menerima cemoohan teman-temanku, seorang pelayan memberiku selembar tissue.

Erika.

Sebuah nama tertulis di sana. Hanya itu. Aku bingung. Mengapa gadis itu hanya menulisnya di tissue ini dan menitipkannya kepada pelayan? Mengapa ia enggan menyebutkannya saja tadi? Kebingunganku terjawab oleh pernyataan sang pelayan.

“Ia seorang tunawicara, Mas.”

[THE END]

This is my FF dalam rangka #15HariNgeblogFF #Day1
p.s: I’m a newbie, so no making fun of me. ;)
Tulisan ini gue "transfer" dari tumblr. (12012012)

2 comments:

  1. point yang mau kamu sampein ke pembaca dapet banget nye,,
    salut deh..
    :)
    endingnya jga bagus,,
    aq udah banyak baca buku, tapi tetep aja gak bisa jadi kritikus tulisan..
    jd menurut aq semua cerita itu bagus dan harus dinikmati diwaktu dan tempat yang (menurut kita) pas,,,

    ^_^ dari Dina'dapon'Prabowo

    ReplyDelete
  2. woooooo.. dapon bacyaaa! hihihihi.. syukur klo komentar y positif. negatif jg gpapa.. harap maklum I'm a newbie. :3 hehehehe.. terimakasih commentnyaaaaaa.. \(^O^)/ I'm waiting for ur story tonight. ;)

    ReplyDelete